Hanya Aku Yang Tahu
Di dalam kesenangannya yang suka mendengarkan musik, seakan-akan pikiran Feni sungguh sudah jauh melayang entah kemana. Dia teringat akan temannya yang tanpa disadari olehnya bahwa kemarinnya dia ada rasa, entah itu hanya sekedar suka atau apa.
“Tapi sekarang dia benar sudah berada jauh dariku katanya bicara dengan dirinya sendiri”
Selama ini Feni begitu senang bila Rama dekat dengan dirinya meskipun hanya sebatas teman biasa. Mereka selalu satu kelas selama tiga tahun duduk di bangku SMA. Jika memandang wajah Rama entah mengapa hatinya seakan berdebar tak menentu. Entah sejak kapan rasa suka itu ada, hingga Feni begitu berharap bisa berada di hati Rama.
Feni memanggil Rama dengan panggilan abang. Entah bagaimana awalnya hingga ada panggilan abang itu.
Pernah Rama mengatakan sesuatu, apa itu hanya sebuah lelucon atau sebenarnya Feni juga tidak mengetahuinya.
“Feni abang sayang sama kamu tuh tahu enggak”
Tapi ucapan itu hanya terdengar seperti lelucon bagi Feni. Hingga saat ini rasa sukanya untuk Rama entah kapan akan hilang.
Rama adalah seseorang yang cuek, dingin, tapi sebenarnya dia cowok yang sangat romantis. Rama di sekolah bagian dari anggota OSIS dan banyak juga cewek-cewek yang mengharapkannya. Dan itu semua semakin sulit bagi Feni untuk bisa mendapatkan Rama.
Feni sangat sulit untuk menggambarkan apa yang dia rasakan dengan rasa seperti itu. Hingga selama tiga tahun itu Feni hanya bisa merasakan suka yang hanya dia sendiri yang tahu. Sekarang saja Feni sudah memasuki semester kedua perkuliahan masih saja perasaan itu ada.
Bagaimana bisa Feni menggambarkan perasaannya yang sesungguhnya sedangkan dia bingung dengan sikap yang ditunjukkan oleh Rama. Dan kenangan-kenangan itu masih amat jelas di ingatan Feni. Rama selalu memperlakukan dirinya seolah-olah mereka adalah pasangan.
Sehingga waktu pun terus berjalan, Feni mencari-cari sesuatu apa yang ada di balik hati Rama dan dia menyadari bahwa dia hanya dianggap sebagai seorang teman. Sebenarnya hal itu membuat hatinya sangat sangat terluka. Namun biarlah dengan begitu saja sudah membuat aku bahagia kemarin.
Cerpen Karangan: Lisa Rosdalina
Facebook: Lisa Rosdalina